Sabtu, 29 Januari 2011

Kutub Utara yang Mencair

Es Kutub Utara mencair, begitulah yang mengejutkan, berisi berita yang nyaris mustahil, karena di wilayah yang katanya wilayah es abadi – bisa cair juga esnya.
Ini membuktikan betapa panasnya suhu bumi kita, akibat pemanasan global. Belum lagi kemunculan matahari baru (matahari kembar) yang jika di fikir dengan logika saya yang bodoh ini: Satu matahari aja sudah panas begini, gimana kalau dua? Asstagfirullah.
Entah, karena media informasi sudah semakin maju dan pesat, ataukah memang sekarang adalah zamannya kejadian-kejadian luar biasa terjadi. Karena hampir setiap hari saya menemukan headline yang “mengerikan” berkenaan alam maupun tata surya.
Kenapa saya sebut “Entah” di paragraf sebelumnya?  Karena dulu – setidaknya 5 atau 10 tahun lalu – kita tidak atau sangat jarang mendapati berita serupa, paling-paling berita yang fenomenal saat itu mengenai Gerhana Matahari dan Bulan. Namun sekarang ini, teramat sering, juga mengejutkan bahkan tidak jarang membuat hati ciut saat membacanya.
Karenanya bermunculanlah opini dan premis bahwa KIAMAT SUDAH DEKAT dimana-mana sebagai dampak logis. Manusia (saya juga) khawatir dan takut, apakah benar semua ini sebagai tanda-tanda kiamat Kubro? Allahu A’llam Bissawab. Tentu jawaban itulah yang seyogyanya keluar dari lisan seorang Muslim.
Tapi itulah kita, manusia, takut dan tidak mau terkena bencana NAMUN seringkali (mungkin juga selalu) tidak perduli terhadap kesehatan dan keseimbangan alam – tidak semua manusia seperti ini – Insya Allah minoritas dalam jumlah.
Pernahkah kita perduli pada alam? Pernahkah kita menanam pohon, membersihkan sungai, kali dan got? Pernahkah kita tidak membuang sampah sembarangan, dan perbuatan-perbuatan lain yang dapat mencegah datangnya bencana dan “memulihkan” kesehatan dan keseimbangan alam tempat kita NUMPANG hidup ini?
Jika anda juga saya banyak TIDAK PERNAHNYA dibanding PERNAHNYA, maka janganlah ketakutan akan datangnya bencana toh kita-kita adalah para kontributor rusaknya alam ini – terlepas dari besar kecilnya – sebagai perusak atau setidaknya sebagai pihak yang tidak perduli maka inilah konsekuensi riil.
Daripada ketakutan yang lagi-lagi dapat merugikan kejiwaan anda, sebaiknya bertindak untuk alam kita, apakah tindakannya? Anda sudah tahu, ditambah (ini yang utama) banyak-banyak beribadah dan berdoa agar tidak terjadi lagi bencana dan memohon kepada ALLAH Tuhan Semesta Alam agar memulihkan bumi ini dan menyadarkan banyak manusia.
Kutub Utara
Kembali ke masalah es cair di kutub utara, sebenarnya ini bukan pertama kali, setidaknya tahun 2008 sudah ada berita tentang ini dimana es disana mencair.
Tahun 2009 lalu dan lebih mengerikan lagi, katanya 20 tahun lagi es wilayah itu akan mencair dan menjadi perairan bebas ES. Dan itu berita tahun 2009, sekarang 2010 berarti 19 tahun lagi?
So, apa jadinya jika lautan beku Artik menjadi lautan? Seperempat wilayah Bumi akan kebanjiran kawan.
Pakar kutub asal Inggris, Peter Wadhams, mengungkap fakta tidak menyenangkan tentang Laut Artik beberapa waktu yang lalu. Sekitar 20 tahun lagi, tepatnya musim panas, lautan beku di Kutub Utara itu akan menjadi perairan bebas es. Permukaan air laut bakal meningkat dan habitat hewan kutub seperti anjing laut dan beruang terancam sirna. ’’Sebagian besar pencairan terjadi pada satu dekade pertama, meski es musim dingin (di Laut Artik) masih akan bertahan selama beberapa ratus tahun lagi,” papar dosen ilmu fisika kelautan pada University of Cambridge tersebut, seperti dilansir Reuters kemarin.

Dampaknya, lanjut dia, permukaan bumi di ujung utara akan terlihat biru jika dipotret dari luar angkasa. Bukan putih seperti yang terlihat saat ini. Selain itu, mencairnya lapisan es tersebut bakal membuka jalur pelayaran baru di laut sebelah utara Rusia. Wadhams dan beberapa pakar lain menyatakan bahwa mencairnya lapisan es di Laut Artik merupakan bukti paling nyata pemanasan global. Karena itu, mereka minta PBB dan para pemimpin dunia yang bakal membahas traktat iklim baru di Kopenhagen, Denmark, Desember nanti fokus pada fakta tersebut.

Dalam risetnya, salah satu pakar lautan es tersohor di dunia itu membandingkan data dari Angkatan Laut Inggris (Royal Navy) dan petualang kutub asal Inggris, Pen Hadow. Royal Navy melakukan penghitungan ketebalan es lewat kapal selam mereka pada 2007 lalu. Sementara, Hadow dan timnya baru melakukan penghitungan ketebalan es dengan mengebor 1.500 lubang di Artik pada awal tahun ini.

Saat itu, Hadow dan timnya, Catlin Arctic Survey, mendapati ketebalan rata-rata lapisan es yang mengapung di Artik sekitar 1,8 meter. “Data tersebut mendukung konsensus baru–– berdasar variasi musiman lapisan es menurut luas dan ketebalannya, perubahan suhu, kecepatan angin serta komposisi es—bahwa Laut Artik akan bebas es pada musim panas 20 tahun mendatang,” papar Wadhams kepada BBC.

Dr Martin Sommerkorn dari program Artik WWF menanggapi laporan tersebut dengan serius. Sebab, menurut dia, Artik sangat mempengaruhi iklim. “Lapisan es di Laut Artik berada pada posisi paling netral pada sistem iklim bumi. Karena itu, jika lapisan es tersebut raib, iklim dunia akan kacau,” paparnya. Yang pasti, lanjut dia, seperempat wilayah bumi akan kebanjiran. Sering disebut Air Conditioner (AC)-nya bumi, Artik memegang peranan yang cukup vital untuk menstabilkan iklim dunia. Jika lapisan es di perairan seluas 14.000.000 kilometer per segi itu mencair pada musim panas, warna lautan di seluruh dunia akan lebih gelap.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cool Blue Outer Glow Pointer